Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...Keluarbiasaan
rasa sakit dalam sakratul maut tak dapat diceritakan dengan pasti
kecuali oleh orang yang pernah merasakannya. Ketika orang tertusuk duri
ujung jari telunjukknya yang merasakan
sakit bukanlah tubuhnya tetapi jiwanya, demikian juga rasa sakit gigi
yang merasakan sakit adalah jiwanya.
Sakratul maut adalah saat
kritis ruh ditarik dari jasad, pada saat jiwa terlepas dari jasad, maka
yang merasakan sakit adalah jiwanya sampai jiwa itu lepas dari jasad.
Sakratul maut adalah ungkapan tentang rasa sakit yang menyerang inti
jiwa dan menjalar keseluruh bagian jiwa sehingga tidak ada lagi satu pun
bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit itu. Rasa sakit tertusuk
duri, misalnya, menjalar pada bagian jiwa yang terletak pada bagian jiwa
yang terletak pada anggota badan yang tertusuk duri.
Akan
tetapi, rasa sakit yang dirasakan selama sakratul maut menghujam jiwa
dan menyebar ke seluruh bagian badan sehingga bagian orang yang sedang
sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat
nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan mulai dari
kulit kepala hingga ujung kaki. Jadi, janganlah ditanya betapa
penderitaan dan rasa sakit yang tengah dialami oleh orang yang sedang
sakratul maut.
Maut lebih menyakitkan daripada tusukan pedang,
gergaji, atau sayatan gunting. Karena rasa sakit yang diakibatkan oleh
tusukan pedang terjadi melalui asosiasi bagian tubuh yang tertusuk
dengan jiwa, maka betapa sangat sakitnya jika luka itu dirasakan oleh
jiwa itu sendiri. Orang yang ditusuk bisa berteriak kesakitan karena
masih adanya tenaga di lidahnya.
Sedangkan suara dan jeritan
orang yang sekarat terputus karena rasa sakit yang amat sangat dan rasa
sakit itu telah memuncak sehingga tenaga menjadi hilang, semua anggota
tubuh melemah dan sama sekali tidak ada lagi daya untuk berteriak minta
pertolongan.
Rasa sakit itu telah melumpuhkan akalnya,
membungkam lidahnya, melemahkan semua raganya. Dia ingin sekali meratap,
berteriak, dan menjerit meminta tolong, namun dia tak kuasa lagi
melakukan itu. Satu-satunya tenaga yang masih tersisa hanyalah suara
lenguhan dan gemertak yang terdengar pada saat ruhnya dicabut.
Warna kulitnya juga berubah dan menjadi keabu-abuan menyerupai tanah liat, tanah yang menjadi asal-usulnya jasad.
Setiap pembuluh darah dicerabut bersamaan dengan menyebarnya rasa pedih
ke seluruh permukaan dan bagian dalamnya sehingga bola matanya
terbelalak ke atas kelopaknya, bibirnya tertarik ke belakang, lidahnya
mengerut, kedua buah zakar naik, dan ujung jemari berubah warna menjadi
hitam kehijauan, Keadaan semua itu akibat dari semua pembuluh darah
tertarik dengan dicabutnya ruh, tercerabutnya pembuluh darah dan syaraf
dari dalam tubuh hingga permukaan kulit.
Setelah itu, satu per
satu anggota tubuhnya tidak berfungsi. Mula-mula telapak kakinya menjadi
dingin, kemudian betis dan pahanya. Setiap anggota badannya merasakan
sekarat demi sekarat, penderitaan demi penderitaan, dan itu terus
terjadi hingga ruhnya mencapai kerongkongan. Pada detik ini berhentilah
perhatiannya pada dunia.
Pintu taubat telah ditutup dan dia
pun diliputi oleh rasa sedih dan penyesalan. Rasulullah saw. bersabda,
”Taubat seorang manusia tetap diterima selama dia belum sampai pada
sakratul maut.”
Suatu ketika Rasulullah saw. ditanya tentang
pedihnya kematian. Dan beliau saw. menjawab, ”Kematian yang paling mudah
adalah serupa dengan sebatang pohon duri yang menancap di lembar kain
sutra. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta
bagian kain sutra yang terkoyak?”
Rasulullah saw. bersabda
dalam penyaksiannya seorang sahabat yang mengalami sakratul maut, ”Aku
tahu apa yang sedang dialaminya,. Tak ada satu pembuluh pun yang tidak
merasakan pedihnya derita kematian.”
Wallahu’alam bishshawab, ..
sumber: I Love Hijab
No comments:
Post a Comment