“Cinta itu kadang-kadang tak ada logika,” demikian satu bait dari
lagu Agnes Monica yang cukup tenar. Celoteh ini akan melihat kata
“kadang-kadang” dalam bait lagu itu. Kadang-kadang berarti bisa ya dan
bisa tidak. Artinya, cinta dirasakan bisa dengan logika bisa pula tanpa
logika. Mari kita lihat makna cinta dan logika secara cermat.
Siapa pun yang punya hati, akan merasakan cinta. Dalam cinta, akan
hadir berjuta impian membayangi kekasih sebagai target asmara. Dalam
cinta, semua menjadi sesuatu nan-indah. Gambaran menari-nari di pelupuk
mata, tuk rajut hari esok yang penuh warna. Nuansa merah jambu menjadi
euforia menyeruak dari rongga dada, tatkala cinta di hati mulai tumbuh berbunga.
Akankah impian itu seindah nyata? Ketika pertanyaan itu muncul,
itulah logika. Seorang pecinta akan mengidamkan asa dengan melepas
logika. Bagi saya, cinta dan logika adalah hal yang terpisah jauh. Cinta
menenggelamkan logika, dan logika menarik rasa agar tidak tenggelam
lebih jauh. Jalan tengahnya adalah cinta dan logika disatukan dalam
bingkai cita-cita dan bukan sekedar harapan.
Ketika seseorang menetapkan kriteria pasangan impian, maka logika
mulai bermain jauh. Itulah sebabnya, jika seorang menetapkan kriteria,
seperti ketampanan, kemapanan, skill yang berlebihan, maka cinta akan
semakin menjauh. Karena permainan logika adalah analisa, sedangkan cinta
adalah rasa.
Dengan mengenal cinta dan logika, maka dengan mudah seorang akan
dapat mempermainkan rasa yang dimiliki dan tak mudah terombang ambing
oleh bujuk rayu atas nama impian yang belum tentu pasti. Misalnya,
seorang datang menggoda. Anda tergoda namun tak berniat kepadanya. Maka,
mainkan logika Anda dengan menetapkan kriteria untuknya. Semakin banyak
kriteria, maka semakin banyak pula celah kelemahan yang bisa membuat
Anda jauh dari rasa tergoda.
Bisa kita perhatikan lebih jauh, bagaimana cinta pasangan yang sudah
menikah. Sangat berbeda dengan rasa saat awal berkenalan, atau awal
pernikahan mereka. Kenapa hal itu terjadi? Karena logika mulai bermain
seiring dengan kebersamaan yang mereka lalui. Itulah sebabnya Tuhan
membagi dua narasi cinta; cinta dengan label sakinah dan cinta dengan
label rahmah. Cinta sahabat kepada Rasul adalah contoh lain cinta dalam bentuk rahmah.
Di awal mengenal pasangan Anda, semua sempurna, bunga-bunga hadir
menari menghiasi semua angan, bahkan andai bisa, dunia ini hanya untuk
kalian berdua. Itulah sakinah. Tapi cinta dalam penjabaran rahmah,
adalah cinta yang bertahan dengan kasihan dan rasa tanggungjawab atas
kemanusiaan, karena cinta juga bisa bertahan atas nama kemanusiaan.
Pelajaran penting dari makna cinta dan logika saya simpulkan, bahwa
rasa cinta bisa dibendung dengan memaksimalkan logika. Suatu saat Anda
tidak bisa melupakan sosok yang pernah memberi kesan, manfaatkan logika
Anda. Cinta buta hanya ada ketika logika ditutupi atas nama rasa dan
jaminan kebahagiaan masa depan dengan si dia yang tidak pasti. Kepastian
hanya diketahui dengan kebersamaan, dan saat itulah logika mendominasi,
tapi cinta bisa bertahan dengan rahmah, yaitu mengedepankan rasa atas
nama tanggungjawab kemanusiaan.
Semoga bermandaat.
http://mushlihin.com/2014/01/other/dilema-cinta-dan-logika.php
No comments:
Post a Comment