Segala puji bagi Allah yang telah menetapkan hukum yang sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Seringkali kita saksikan begitu mudahnya sebagian orang
mengolok-ngolok saudaranya yang ingin menjalankan syaria’t. Ada yang
berjenggot kadang diolok-olok dengan kambing dan sebagainya. Ada pula
yang mengenakan jilbab atau pun cadar juga dikenakan hal yang sama.
Seharusnya setiap muslim tahu bahwa perbuatan seperti ini bukanlah dosa
biasa. Simak pembahasan berikut agar mendapat penjelasan. Hanya Allah
yang memberi taufik.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qotadah, hadits
dengan rangkuman sebagai berikut. Disebutkan bahwa pada suatu
perjalanan perang (yaitu perang Tabuk), ada orang di dalam rombongan
tersebut yang berkata, “Kami tidak pernah melihat seperti para ahli baca
Al-Qur’an ini (yang dimaksudkan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya), kecuali sebagai orang yang paling buncit perutnya, yang paling dusta ucapannya dan yang paling pengecut tatkala bertemu dengan musuh.”
(Mendengar hal ini), ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata kepada orang tersebut, “Engkau dusta, kamu ini munafik. Aku akan melaporkan ucapanmu ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sebelum ‘Auf sampai, wahyu telah turun kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (tentang peristiwa itu). Kemudian orang yang bersenda gurau dengan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bahan candaan itu mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sudah berada di atas untanya. Orang tadi berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami tadi hanyalah bersenda gurau,
kami lakukan itu hanyalah untuk menghilangkan kepenatan dalam
perjalanan sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berada
dalam perjalanan!”
Ibnu Umar (salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berada di dalam rombongan) bercerita, “Sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan kakinya tersandung-sandung batu sembari mengatakan, “Kami tadi hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya (dengan membacakan firman Allah):
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ
إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ
كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka
lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan
Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah
kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9 : 65-66).
Beliau mengucapkan itu tanpa menoleh orang tersebut dan beliau juga
tidak bersabda lebih dari itu.” (HR. Ibnu Jarir Ath Thobariy dan Ibnu
Abi Hatim dari Ibnu Umar dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohihul Musnad min Asbabin Nuzul mengatakan bahwa sanad Ibnu Abi Hatim hasan)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Dinukil dari Imam Syafi’iy
bahwa beliau ditanyakan mengenai orang yang bersenda gurau dengan
ayat-ayat Allah T’ala. Beliau mengatakan bahwa orang tersebut kafir dan beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala,
أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir
sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)” -Demikianlah dinukil dari Ash Shorim Al Maslul ‘ala Syatimir Rosul-
Ayat di atas menunjukkan bahwa mengolok-olok Allah, Rasulullah dan ayat-ayat Allah adalah suatu bentuk kekafiran.
Dan barang siapa mengolok-olok salah satu dari ketiga hal ini, maka dia
juga telah mengolok-olok yang lainnya (semuanya). (Lihat Kitab At Tauhid, Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, hal. 59)
Perlu diketahui bahwa mengolok-olok Allah dan agama-Nya ada dua bentuk :
Pertama, yang bentuknya jelas dan terang-terangan sebagaimana terdapat dalam kisah turunnya surat At Taubah ayat 65-66.
Kedua, yang bentuknya sindiran dan isyarat seperti isyarat mata atau menjulurkan lidah.
Dan termasuk dalam mengolok-olok adalah mengolok-olok orang yang komitmen dengan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
seperti mengatakan, ‘agama itu bukanlah pada tampilan rambut’.
Perkataan ini dimaksudkan untuk mengejek orang-orang yang berjenggot.
Atau termasuk juga ucapan-ucapan yang lainnya yang hampir sama. (Lihat Kitab At Tauhid, Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, hal. 62)
Berikut ini kami akan menukilkan perkataan ulama lainnya untuk mendukung pernyataan di atas.
Perkataan Pertama
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, seorang ulama besar dan faqih di Saudi Arabia pernah ditanyakan, “Apakah
termasuk dalam dua ayat yang disebutkan sebelumnya (yaitu surat At
Taubah ayat 65-66 -pen) bagi orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok
orang yang memelihara jenggot dan yang komitmen dengan agama ini?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Mereka yang mengejek orang yang komitmen dengan agama Allah dan yang menunaikan perintah-Nya, jika mereka mengejek ajaran agama
yang mereka laksanakan, maka ini termasuk mengolok-olok mereka dan
mengolok-olok syariat (ajaran) Islam. Dan mengolok-olok syariat ini
termasuk kekafiran.
Adapun jika mereka mengolok-olok orangnya secara langsung (tanpa
melihat pada ajaran agama yang dilakukannya baik itu pakaian atau
jenggot), maka semacam ini tidaklah kafir. Karena seseorang bisa saja
mengolok-olok orang tersebut atau perbuatannya. Namun setiap orang
seharusnya berhati-hati, jangan sampai dia mengolok-olok para ulama atau
orang-orang yang komitmen dengan Kitabullah dan Sunnah (petunjuk) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Fatawal Aqidah wa Arkanil Islam, Darul ‘Aqidah, hal. 120)
Perkataan Kedua
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah, pernah menjabat ketua Lajnah Da’imah (semacam Komite Fatwa MUI) dan juga pakar hadits,
pernah ditanyakan, “Saat ini banyak di tengah masyarakat muslim yang
mengolok-olok syariat-syariat agama yang nampak seperti memelihara
jenggot, menaikkan celana di atas mata kaki, dan selainnya. Apakah hal
ini termasuk mengolok-olok agama yang membuat seseorang keluar dari
Islam? Bagaimana nasihatmu terhadap orang yang terjatuh dalam perbuatan
seperti ini? Semoga Allah memberi kepahaman padamu.”
Syaikh rahimahullah menjawab, “Tidak diragukan lagi bahwa
mengolok-olok Allah, Rasul-Nya, ayat-ayat-Nya dan syariat-Nya termasuk
dalam kekafiran sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah
kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)
Termasuk dalam hal ini adalah mengolok-olok masalah tauhid, shalat, zakat, puasa, haji atau berbagai macam hukum dalam agama ini yang telah disepakati.
Adapun mengolok-olok orang yang memelihara (memanjangkan) jenggot, yang menaikkan celana di atas mata kaki (tidak isbal)
atau semacamnya yang hukumnya masih samar, maka ini perlu diperinci
lagi. Tetapi setiap orang wajib berhati-hati melakukan perbuatan semacam
ini.
Kami menasihati kepada orang-orang yang melakukan perbuatan olok-olok
seperti ini untuk segera bertaubat kepada Allah dan hendaklah komitmen
dengan syariat-Nya. Kami menasihati untuk berhati-hati melakukan
perbuatan mengolok-olok orang yang berpegang teguh dengan syariat ini
dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Hendaklah seseorang takut
akan murka dan azab (siksaan) Allah serta takut akan murtad dari agama
ini sedangkan dia tidak menyadarinya. Kami memohon kepada Allah agar
kami dan kaum muslimin sekalian mendapatkan maaf atas segala kejelakan
dan Allah-lah sebaik-baik tempat meminta. Wallahu waliyyut taufiq. (Lihat Kayfa Nuhaqqiqut Tauhid, Madarul Wathon Linnashr, hal.61-62)
Perkataan ketiga
Fatwa Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (komisi fatwa di Saudi Arabia) no. 4127 tentang mengolok-olok hijab (jilbab) muslimah.
Pertanyaan :
Apa hukum orang yang mengolok-olok wanita yang memakai hijab (jilbab) syar’i dengan menjuluki bahwa wanita semacam itu adalah ifrit (setan) atau dijuluki ‘kemah yang bergerak’ atau ucapan olok-olok lainnya?
Jawaban :
Barang siapa mengejek muslimah atau seorang muslim yang berpegang teguh dengan syariat Islam maka dia kafir. Baik mengejek tersebut terhadap hijab (jilbab) muslimah
yang menutupi dirinya sesuai tuntunan syariat atau boleh jadi dalam
masalah lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat riwayat dari Abdullah bin
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkata, “Seorang laki-laki
ketika perang Tabuk berkata di suatu majelis (kumpulan) : Aku tidak
pernah melihat semisal ahli baca al-Qur’an (yang dimaksudkan adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya,
pen) yang paling perutnya buncit, sering berdusta dengan lisannya, dan
paling takut (pengecut) ketika bertemu musuh.” Lalu ada seseorang yang
berkata :’Engkau dusta. Engkau adalah munafik. Sungguh, aku akan
melaporkan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berita ini sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan turunlah ayat mengenai mereka. Lalu Abdullah bin ‘Umar berkata,
“Sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
kakinya tersandung batu sembari berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami tadi
hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan (dengan membawakan ayat yang turun tadi, pen), “Apakah
dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami
memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan
mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang
selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah 9: 65-66)
(Dalam ayat di atas) Allah menjadikan ejekan kepada orang mukmin adalah ejekan kepada Allah, ayat-Nya dan Rasul-Nya. Semoga Allah memberi taufik. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya serta shahabatnya.
Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’
Anggota: Abdullah bin Qu’ud, Abdullah bin Ghodayan
Wakil Ketua: Abdur Rozaq Afifi
Ketua: Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz
Segera Bertaubat
Setelah diketahui bahwa bentuk mengolok-olok atau mengejek orang yang berkomitmen dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
termasuk kekafiran, maka seseorang hendaknya menjauhinya. Dan jika
telah terjatuh dalam perbuatan semacam ini hendaknya segera bertaubat.
Semoga firman Allah Ta’ala berikut bisa menjadi pelajaran.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (QS. Az Zumar 39: 53)
Jika seseorang bertaubat dari berbagai macam dosa termasuk berbagai
hal yang dapat mengeluarkannya dari Islam dan dia melakukan hal ini
dengan memenuhi syarat-syaratnya, maka taubatnya tersebut akan diterima.
Adapun syarat taubat adalah:
- Taubat dilakukan dengan ikhlas dan bukan riya’ atau sum’ah (ingin dipuji orang lain).
- Menyesal dengan dosa yang telah dilakukan.
- Tidak terus-menerus dalam dosa. Jika meninggalkan yang wajib, segeralah melaksanakannya dan jika melakukan sesuatu yang haram, segeralah meninggalkannya.
- Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di waktu akan datang.
- Taubat tersebut dilakukan pada saat waktu diterimanya taubat yaitu sebelum kematian datang dan sebelum matahari terbit dari sebelah barat. (Lihat pembahasan syarat Taubat di Syarh Riyadhus Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin)
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bertaubat dan hamba Allah yang disucikan. Amin Ya Mujibad Da’awat.
Dari artikel 'Dosa Mengolok-Olok Ajaran Nabi — Muslim.Or.Id'
No comments:
Post a Comment