Rasulullah saw bersabda :
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ (رواه مسلم )
“Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
Penggalan hadits Rasulullah saw ini
berisi larangan keras bagi seorang muslim untuk menghina saudara muslim
lainnya, dengan jalan apapun ia merendahkannya dan karena sebab apapun.
Menghina adalah memicingkan mata dan meremehkan seseorang, orang yang
hina adalah yang kecil tak bermakna, baik dilihat dari sisi fisik maupun
maknanya, dengan ini kita bisa membedakan antara kritik yang
disyariatkan apabila ada alasan yang mendasarinya dengan penghinaan yang
tidak disyariatkan sekalipun ada alasan dan situasi yang mendukungnya.
Kritik adalah koreksi atas kesalahan
sehingga terhindar darinya untuk kali kedua, adapun menghina adalah
sikap merendahkan dan meremehkan pribadi pelaku kesalahan tanpa
memandang kerja keras dan usaha yang dilakukan.
Apabila jelas perbedaan ini dalam
pandangan kita, maka, sekalipun masih ada sebagian kita yang belum
memahaminya, maka kita akan tahu hikmah Rasulullah saw melarang sifat
buruk ini apapun dengan cara dan alasan apapun. Sikap menghina apapun
bentuknya adalah sifat destruktif yang tidak membawa angin baik sama
sekali, baik kepada pribadi yang dihina dan masyarakat di mana ia hidup,
bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, ia membawa bibit kebencian,
pertentangan dan perpecahan. Kalau seandainya orang yang menghina itu
mengharap kebaikan orang yang dihina atau masyarakatnya, maka hendaknya
ia sentuh kesalahan itu bukan pribadi yang bersalah, jika ia lakukan itu
maka ia akan mendapatkan buah kebaikan dari kesalahan yang terjadi dan
semuanya menjadi lebih mudah dan ringan untuk diterima.
Kebanyakan orang yang suka menghina
saudaranya adalah orang-orang yang suka mencari kesalahan dan
kekurangannya dibanding meneliti kebaikan dan keutamaannya. Orang yang
sepanjang hidupnya memilki prilaku seperti ini, selamanya tidak akan
pernah memiliki rasa tertarik kepada siapapun, dan selamanya tidak akan
mampu melakukan perbaikan apapun. Sunnatullah yang berlaku pada manusia,
kecuali para Nabi dan Rasul, diri mereka terbangun di atas gabungan dua
hal, kekurangan dan kesempurnaan. Setiap orang berbeda dan bertingkat
antara satu dengan yang lain, namun kepaduan dua ha ini akan selalu
menyatu dan bercokl dalam tabiat kemanusiaan mereka, dan mencari-cari
kesalahan dan aib orang lain adalah termasuk termasuk aib dan kekurangan
manusia yang paling berbahaya.
Orang yang tidak mampu mengendalikan
sikap mencari-cari aneka kekurangan orang lain, pada akhirnya tidak
mampu untuk menghindarkan dirinya jatuh dalam sikap menghina dan
meremehkannya, karena ia tidak akan mampu untuk mengkritik aib orang
lain dengan kritik yang korektif dan membangun, karena jika itu terjadi
maka manusia yang ada di hadapannya pasti telah menjadi malaikat yang
terpelihara, ini adalah hal yang mustahil terjadi, karenanya kritik
terhadap aib orang lain itu berubah menjadi penghinaan terhadap pribadi
yang dikritik.
Obat penawar bagi orang yang suka
menghina adalah dengan kembali melihat dirinya dengan teliti sebagaimana
ia melihat orang yang ada di luar dirinya, maka jika ia orang yang
berakal dan sadar, ia pasti akan mendapati kekurangan yang mana ia
menghina orang lain berdasar kekurangan tersebut, kemudian ia berusaha
untuk selalu memperbaiki kekurangan itu, seandainya ia tidak memilki
kemampuan untuk menghilangkan dan membersihkan aib dan kekurangan itu,
maka hendaklah ia tahu bahwa itu adalah Sunnatullah di alam semesta ini,
manusia tidak pernah lepas dari kekurangan dan itu adalah tabiatnya,
sehingga dengan kesadaran ini ia akan bersikap rendah hati terhadap yang
lain, ia berusaha untuk menutup mata ketika melihat kekurangan itu ada
menggantung dalam diri seseorang.
Namun bukan berarti syariat Islam
membiarkan kita diam dan rela terhadap penyimpangan sebagian kita,
justru syariat ini mengajak kita dengan dua potensi positif dan negatif
itu agar saling bekerjasama dalam memperbaiki segala hal dan saling
menyokong agar sampai kepada derajat kesempurnaan semaksimal mungkin.
Sangat berbeda antara kritik membangun yang didasarkan pada unsur saling
kerjasama dan nasehat-menasehati, dengan sikap menghina yang berdiri di
atas sikap takjub kepada diri sendiri dan iri.
Rasulullah saw mengingatkan kita : “Agama adalah nasihat.”
Dan dalam sabda yang lain : “Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
Source: http://www.eramuslim.com
Saudara Anjing hatam bersaudara
ReplyDelete