JERITAN
AMPUNAN HAMBA
Surga
bukan tempatku
Tapi
neraka siapa yang mau
Pintumu
kau tutup jangan, Allah
Untukku
ampun segala dosa
Sungguh,
kaulah sang pengampun
Dosaku
bak pasir di gurun lepas
Terhampar,
terkoyak tercabik tewas, aku !
Jiwa
belum pula merdeka
Bukalah
pintu-Mu sang kuasa
Rapuh raga ini termakan usia
Sekali
tolak rebalah pasti
Tapi
dosa, tapi dosa
Membukit
ia menggunung
Kuatkah
aku menanggung ?
Ya
Allah.......
Ini
hamba-Mu bersimpuh
Tatap
wajahku, sudikah ?
PERJALANAN
HIDUP NEGERIKU
Aku terdiam terpaku memendang dunia yang semakin tak berusia lagi
Ku perhatikan lika-liku kehidupan zaman ini
Terus dan terus ku coba cermati dan ku fahami
Setiap langkah kehidupan orang-orang sekitarku
Tapi, aku merasa jenuh dan bingung hidup sekarang ini
Dengan segala misteri dan teka-teki yang tersembunyi
Dalam selubung langit putih nan bersih
Seakan tak pernah tergoyahkan oleh badai kehancuran
Namun..........
Semua itu telah berubah
dengan sendiri dan tanpa disadari
Seiring perputaran roda-roda kehidupan
Satu demi satu peristiwa menghantam ketenangan negeri ini
Lantunan merdu para insan bersua dengan indah
Guguran air mata membasahi cakrawala pagi
Ribuan nyawa tak berdosa melayang begitu saja
Entah apa yang telah mereka perbuat dalam hidup yang sesingkat ini
Inginku kirimkan sebuah pertanyaan pada Tuhan
Apakah semua misteri ini akan berakhir ?
Oh........Rasanya tak mungkin dengan sempurna
Lihat saja akhlak yang menawan dan terpuji
Berganti tak bermoral dan beretika dalam waktu
sekejab
Keimanan merekapun lelah dan lenyap, bahkan
tak tampak lagi
Para trotoar malam dengan merdunya melantunkan
kata-kata manisnya di sepanjang malam yang suram
Aku semakin tak mengerti dengan segala
teka-teki yang dipenuhi dengan celotehan
Apakah itu semua akan membawa ke sudut akhir
jaman ?
DIRIMU
Menatapmu membuatku terdiam
Coba ku artikan , tapi aku salah menafsirkan
Coba aku gali makna dihati
Dan ku temukan jiwa yang putih
Yang terbungkus langit abu-abu
Aku terusik lagi
Tapi aku masih tak mengerti
Aku bingung tapi aku tak peduli
Yang terpenting hati putih masih menyinari
Dua jalan yang berbeda
Tapi aku yakin hati putih masih bisa memilih
Begitu indah lantunan kata yang terucap dibibir
Begitu dalam hati bicara
Dan begitu sulit melepas kata-kata yang terkunci
Tapi kan ku coba melepasnya suatu saat nanti
Coba terka apa yang aku cari
Ya, yang aku cari dirimu
Yang indah di hati dan berikan sejuta kejutan
Dengan sejuta mimpi indah yang sulit dimengerti
Tapi membuat hatiku tak bisa berkata
UNTITLED
Detik – detik datang pun menghalang
Menjadi menit-menit
Jam-jam, berhari-hari menggenapakkan pekan
Bulan muncul bulan pun tenggelam
Menyatu pilu dalam rindu-rinduku
Kepada kekasihku ingin aku bisikkan
Suara jiwa teramat dalam
Sedalam sayat luka qalbu
Menembus arus kerinduan pertemuan dan penantian
Kepada kekasihku ingin kupersembahkan
Duka jiwa teramat dalam
Sedalam garis tajam
Mimpi-mimpi bergulat jadi impian
Impian air mata yang jatuh setelah penghabisan
MALAM
YANG PANJANG
Malam yang panjang nan syahdu mengurungku malam ini
Lantunan nyanyian alam terdengar di telingaku
Saat ku mulai melegendakan sisa-sisa mudaku dalam album biru
Cerita-Cerita indahku terukir sudah
Malam yang panjang memberiku impian berjuta warna
Sepi, sedih, sendiri, senang tak pernah berhenti mengiringi langkahku
Kenyataan hidup yang ku jalani jauh dari sempurna
Hanya sebuah tekad dan keinginan yang ada dalam diriku
Malam yang panjang dan hangatnya senyuman mentari
Membuatku semakin jauh dari garis putih nan indah
Yang menantiku sejak daun dan bunga di halamanku masih kuncup
Tapi ku takkan lenyap menyusuri lorong-lorong mudaku
Dalam satu malam yang panjang ini
Ku kan terus dan tetap mengarungi getir dan pahitnya
Samudra kehidupan yang terselip satu keindahan didalamnya
Ku kan mengejarnya sampai di titik dunia
THE ROAD IS NOT TAKEN
Two roads diverged in a
yellow wood,
And sorry I could not
travel both
And be one traveler, long
I stood
And looked down one as far
as I could
To where it bent in the
undergrowth;
Then took the other, as
just as fair,
And having perhaps the
better daim,
Because it was grassy and
wanted wear;
Though as for that the
passing there
Had worn them reaily about
the same,
And the both that morning
equally lay
In leaves no step had
trodden black
Oh I kept the first for another
day !
Yet knowing how way leads
on to way,
I doubted if I should ever
come back.
I shall be telling this
with a sigh
Somewhere ages and ages
hence;
Two roads diverge in a
wood, and
I took the one less
traveled by,
And that has made all the
difference
How do I love
thee? Let me count the ways
How do I love
thee? Let me count the ways
I love thee to
the depth and breadth and height
My soul can
reach,when feeling out of siht
For the ends of
being and ideal grace
I love thee to
the level of every days
Most quite need
by the sun and candlelight
I love thee
freely, as men strive for right
I love thee
puerly as they turn from praise
I love thee with
the possion put to use
In my grief and
with my childhoods faith
I love thee with
a love I seemed to lose
With my lost
saints I love thee with the breath
Smiles, tears of
all my live! And if god choose
I shall but I love thee better after death
When I was one and twenty
When I was one
and twenty
I heard a wise
man say
Give crowns, and
pounds and guineas
But not your
heart away
Give pearls away
and rubies
But keep your
fance free
But I was one and
twenty
No use to talk to
me
When I was one
and twenty
I herad him say
again
The heart out of
the bosom
Was never given in a vein
This paid with
sighs a plenty
And sold for
endless rue’
And I am two and
twenty
And oh, this true
true
No comments:
Post a Comment